Dampak Metode Rooming-in pada Produksi ASI
Metode rooming-in atau sekamar dengan bayi baru lahir merupakan metode merawat ibu dan bayi yang baru dilahirkan di kamar yang sama.
Metode ini pertama kali disosialisasikan
oleh UNICEF (Badan PBB untuk anak-anak). Tujuannya? Mendukung kampanye
pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 1991, UNICEF meluncurkan program Baby-Friendly
Hospital Initiative alias 'Rumah Sakit Sayang Bayi', yang salah satu
kriterianya adalah memberi layanan perawatan dengan metode rooming-in.
Di Indonesia, metode rooming-in
sudah mulai disosialisasikan pada tahun yang sama diluncurkannya
program tersebut oleh UNICEF. Malah, saat itu, sempat diadakan
perlombaan Rumah Sakit Sayang Bayi oleh pemerintah. “Sayangnya, banyak
praktek rooming-in waktu itu yang tidak disertai bimbingan menyusui yang baik dari pihak penyedia layanan kesehatan. Akibatnya, program rooming-in kurang memperlihatkan hasil, yakni bayi yang disusui secara eksklusif,” kata dr. Ayu Partiwi, Sp.A, MARS, dari RS Bunda, Jakarta.
Selain meletakkan boks bayi bersebelahan dengan tempat tidur ibu, rooming-in juga bisa dilakukan dengan membiarkan bayi tidur di sebelah ibunya di atas tempat tidur dewasa. “Metode rooming-in seperti ini dikenal juga sebagai istilah bedding-in. Dibandingkan rooming-in biasa, bedding-in
lebih bermanfaat untuk mempererat kelekatan antara ibu dan anak serta
meningkatkan angka keberhasilan menyusui,” kata dr. Tiwi, panggilan dr.
Ayu Partiwi, Sp.A, MARS.
Penjelasannya
seperti ini. Ketika berada di dalam ruangan yang sama dengan bayi yang
dilahirkannya, ibu akan belajar mengenali bahasa tubuh bayinya tersebut,
terutama tanda-tanda ketika bayi merasa lapar. Berhubung lebih sering
melewatkan waktu bersama, para ibu yang menjalani rooming-in akan
lebih sensitif dan tanggap terhadap sinyal-sinyal yang dikirimkan
bayinya, ketimbang mereka yang berada di ruangan terpisah. “Dengan
demikian, ibu akan mampu memberi ASI on demand atau sesuai permintaan bayi,” katanya lagi.
Selain
itu, sejumlah penelitian menyatakan, meletakkan bayi di dalam satu
ruangan dengan ibunya juga berperan meningkatkan produksi hormon
oksitosin. Ini adalah hormon di dalam tubuh wanita yang berperan
melancarkan keluarnya ASI. Lalu, apa faktor pemicu meningkatkan kadar
oksitosin tersebut?
Tak
lain adalah perasaan sayang dan bahagia yang dirasakan ibu, karena bisa
berdekatan dan mendekap bayinya di dalam pelukan, kapan pun dia mau.
Hormon oksitosin juga mampu mendatangkan perasaan tenang dan nyaman,
yang bermanfaat memperkecil kemungkinan ibu terserang baby blues dan depresi pasca persalinan.
sumber : http://www.parenting.co.id/article/bayi/dampak.metode.roomingin.pada.produksi.asi/001/002/254
Tidak ada komentar:
Posting Komentar