Sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/02/21/rotavirus-diarheae-mekanisme-terjadinya-diare-yang-disebabkan-rotavirus/
sumber gambar : dokterherbal.biz |
Diare masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50% penyebab
diare pada anak balita di Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan
Indonesia angkanya berkisar 30% - 40% (tahun 1970an).(1)
Rotavirus adalah virus dengan ukuran
100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae.
Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi
dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling
sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian
serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7).
Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti.
Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda,
yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6,
VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua
struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4
yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein
yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting
untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling
banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen,
sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan
sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat
dalam mempengaruhi virulensi dari rotavirus.(2)
Rotavirus menyerang dan memasuki sel
enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan
perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan
terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan
morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa
infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus
menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan
diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi sitokin
dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita dalam
bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga
mengatakan diare terjadi pada infeksi rotavirus karena adanya protein
nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang menyebabkan
sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel(2).
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah
masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah
yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas
mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari.
Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin
terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan
neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala (3).
Dalam pandangan klinis infeksi
rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang
mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi
dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis,
ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa
inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan
memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea).
Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan
infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).
Berdasarkan penelitian dari
Virdayanti 2002, didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat Rotavirus adalah
merata sepanjang tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya
tergantung dari adanya perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam
tubuh individu sangat berpengaruh didalam terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam
hal ini faktor imunitas seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya infeksi
ini. Dimana seseorang dengan imunitas yang rendah memiliki kemungkinan terbesar
untuk mendafat infeksi Rotavirus.(1)
Anamnesis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus.
Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume,
apakah diare berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak.
Dalam melakukan anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya
diare dan dehidrasi. Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil,
kehilangan berat badan. riwayat makanan.(5)
Untuk menegakkan diagnosis dari
diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan feses dengan metode rapid
antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan
sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination test
yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin
A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes
antibodi masih positif sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih
lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu pemeriksaan tes
antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus.(5)
Anak yang terinfeksi rotavirus
biasanya mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala dan komplikasi.
Contoh, terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari
infeksi rotavirus, keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral.
Pada kasus-kasus berat yang diikuti oleh adanya muntah, terapi oral sulit
dilakukan dan ini memberikan indikasi untuk dilakukan pemberian cairan
intravena serta perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi adalah mencegah
dehidrasi (rumatan), mengkoreksi kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan
mencegah gangguan nutrisi (6).
Sampai sekarang pun belum ditemukan
obat yang mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga metode pengobatan yang
digunakan adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang berperan
utama didalam proses penyembuhan.
Salah satu dari pengobatan suportif
yang saat ini mulai banyak digunakan adalah penggunaan probiotik (Lactic
acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan
pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak
terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel
epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Bakteri baik
yang termasuk ke dalam kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium,
dan Lactobacillus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik
dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak
rasional rasional (antibiotic associated diarrhea) (7,8).
Mikroekologi yang rusak oleh karena
pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri
probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau
gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi
bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk
menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat
menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini
dilakukan oleh secretory IgA (SIgA) (9).
Terdapat banyak laporan tentang
penggunaan tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan kawan-kawan meneliti
71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan probiotik
(Lactobacillus GG), atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk
kering, atau diberikan yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai plasebo. Lama
diare berkurang dari 2,4 pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok
yang disuplementasi. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa 82% diare
disebabkan oleh rotavirus, ternyata reduksi lamanya diare lebih nyata bila yang
dianalisis hanya kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus (10).
Mekanisme efek probiotik pada diare
- Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph, Oksigen)
- Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
- Komposisi nutrien
- Mencegah adhesi patogen pada enterosit
- Modifikasi toksin atau reseptor toksin
- Efek tropik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient
- Imunomodulasi
Saat ini pencegahan terhadap infeksi
Rotavirus sudah banyak digunakan terutama di Negara - Negara maju. Untuk
mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu.
Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan
digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada
usia 6 minggu - 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada
usia 2,4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan
menurunkan jumlah pasien diare yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna.
Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu
di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran
MERK dan GSK sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3
kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal.
Perilaku hidup bersih dan sehat
mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah
penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada
permukaan yang keras, pada air terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif
kebal terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktivasi dengan
klorin.
Di tempat-tempat penitipan anak,
mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutup
popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.
Mencegah terjadinya pemajanan dari
bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam lingkungan
keluarga dan intitusi (11).
Infeksi rotavirus bersifat self-limited
disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun pada kasus ini
dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Dengan rehidrasi yang tepat akan dapat mencegah komplikasi yang serius (8,12).
Dr. Darryl Virgiawan Tanod
terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,
BalasHapushttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-diare/